Sabtu, 30 Mei 2020

KEGIATAN BERSAMA ASOSIASI PROFESI DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

Asosiasi Profesi Dosen Bahasa Inggris di selenggarakan di UIKA Bogor, Dalam kegiatan ini membahasa Pengajaran dan kurikulumm KKNI Pendidikan Bahasa Inggris. Diikuti oleh beberapa kampus yang tergabung dalam Asosiasi Dosen Pendidikan Bahsa Inggris Jawa Barat.


KEGIATAN PERKULIAHAN DI KAMPUS

Kegiatan belajar mengajar (KBM) di  STKIP Muhammadiyah Bogor



Pembekalan KKL dan Pelaksanaan KKL Mahasiswa

Pada tanggal 2 Maret 2020 di laksanakan pembekalan mahasiswa STKIP Muhammadiyah Bogor, salah satu kegiatan wajib mahasiswa yang harus di ikuti. tempat kegiatan pembekalan ini di gedung kampus STKIP Muhammadiyah Bogor.
Pada tanggal 3-5 maret 2020 di laksanakan kegiatan KKL ke Solo dan Yogjakarta, kegiatan ini di ikuti oleh seluruh mahasiswa semester 5 prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Bogor.






Jumat, 22 Mei 2020

Seminar on Good Practices of HOT Implementation in Language Teaching

Seminar Nasional pada tanggal 6 November 2018 di Southest Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) REGIONAL Centre for Quality Improvement for Teachers and Education Personal (QITEP) in Language di selenggarakan di Jakarta.

Pelatihan Profesi Penulis dan Profesional Menulis Buku Non fiksi


Selain kegiatan Pelatihan Profesi Penulis dan Profesional Menulis Buku Non fiksi , saya juga mengikuti Uji Kompetensi Penulisan Buku Nonfiksi (Non Fiction Book Writing). Telah memenuhi syarat pada kualifikasi dan dinyatakan kompeten. Berikut saya lampirkan bukti kegiatan dan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi  Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis dan Editor Profesional.




Kegiatan Magang 1, 2, 3 dan KKNdik


Sebagai seorang dosen saya berusaha untuk memberikan kontribusi terhadap kampus tempat saya mengajar. Beberapa kali saya dilibatkan menjadi panitia kegiatan magang mahasiswa dan pada saat itu saya ditunjuk untuk menjadi ketua pelaksana pada kegiatan magang 1,2,3 dan KKNdik tahun akademik 2017/2018, peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah semua  mahasiwa yang ada di STKIP Muhammadiyah Bogor yaitu dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesai (PBSI), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), dan Pendidikan Administrasi Pendidikan”. Kegiatan ini rutin dilaksanakan pada semester genap. 

Manfaat program magang bagi mahasiswa yaitu menambah pemahaman dan penghayatan tentang proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, memperoleh kesempatan untuk dapat berperan sebagai motivator, fasilitator, dinamisator, dan menambah pemikiran sebagai problem solving selain itu memperoleh pengalaman dan keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran dan kegiatan manajemen di sekolah. Manfaat bagi sekolah yaitu memperoleh kesempatan untuk ikut dalam meyiapkan calon guru yang berdedikasi dan profesional, pihak sekolah mendapatkan bantuan pemikiran, tenaga, ilmu dan teknologi dalam merencanakan serta melaksanakan pengembangan sekolah. Manfaat bagi dosen dan STKIP Muhammadiyah Bogor yaitu dapat memperoleh umpan balik dari pelaksanaan program magang di sekolah guna mengembangkan kurikulum perguruan tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.  






Sabtu, 16 Mei 2020

Lawan Corona Dengan 1000 Cahaya Malam Bulan-MU


Wahai Allah yang menjaga detak jantung dan napasku
Kau izinkan aku bermanfaat bagi mahluk-Mu
Kau izinkan aku melewati lembar kehidupanku
Menanamkan cahaya hati dan kalbuku

Duhai Dzat yang diriku ada dalam genggamanMu
Ku bersimpuh menemukanMu pada sajadah bergambar ka’bah
Tak kuasa bendung air mataku
Luapkan dalam tadarus dan doa-doa
Asaku terpanjat dalam kidung cinta pasrah pada-Mu
Bertemu malam 1000 bulan dalam wirid panjang-Mu
CahayaMu lawan Corona dan gelapnya duka

Wahai Dzat  yang memampukan insan terpilih
Dalam rahmatan Lil’alamin pasrahku padaMu

Wawat Srinawati
17 Mei 2020

Jumat, 15 Mei 2020

Curahan Hati Dosen


“Lecturing is a type of art, menjadi seorang dosen itu merupakan keputusan.”

Profesi pengajar adalah impian saya sejak kecil, sebagai anak yang senang belajar dan berdiskusi, membuat saya menemukan kenikmatan ketika mengajarkan sesuatu yang saya ketahui kepada orang lain.Tekad untuk menjadi dosen mulai bulat saat saya kuliah dahulu. Pada awalnya, cita-cita saya tidak muluk-muluk, hanya mau bekerja sesuai keterampilan saya. Bagi saya itu sudah cukup. Namun, ternyata Tuhan memberikan jalan lain. Saya akhirnya memutuskan untuk menjadi dosen setelah sarjana. Menurut saya,tidak mudah untuk menjadi dosen. Selain mengajar dan mendidik mahasiswa, dosen juga harus melaksanakan kegiatan penelitian. Menurut saya, apalah arti seorang dosen kalau tidak punya penelitian?  Dosen yang tidak punya penelitian layaknya seperti sayur tanpa garam. Hampa pastinya.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Keinginan untuk bekerja pada lingkungan yang low pressure. Dosen dianggap sebagai pekerjaan yang memiliki fleksibilitas tinggi. Anggapan ini bisa saja benar dan bisa juga menjadi kesalahpahaman. Benar, ketika dibandingkan dengan profesi lain di perusahaan-perusahaan yang biasanya dikejar target dan banyak deadline. Waktu yang dimiliki oleh seorang dosen sebenarnya akan lebih banyak tersita di mengajar dan menyiapkan materi ajar. Kemudian, ditambah dengan kegiatan lain yang berhubungan dengan jabatan struktural (bagi yang menjabat). Sisanya dapat memanfaatkannya sesuai dengan minat masing-masing. Bagi dosen yang produktif, sisa waktu kerjanya yang melimpah ini akan menjadi berkah yang luar biasa untuk mengembangkan potensinya di bidang penelitian dan pengabdian. Namun, beberapa orang mengartikan ke-fleksibel-an profesi dosen ini sebagai sesuatu yang negatif. Mereka menganggap bahwa dosen itu tidak perlu masuk setiap hari ke kampus dan jam kerjanya bebas. Anggapan ini salah besar.
Tahun 2016 saya memutuskan untuk menjadi seorang dosen dan mengajar diperguruan tinggi, sadar dengan profesi yang baru saya pun mulai membuka diri untuk banyak bertanya dan berdiskusi dengan teman prihal tugas dan tanggung jawab saya sebagai dosen, banyak hal yang saya dapatkan dari rekan seprofesi, dan akhirnya saya bertekad meskipun begitu banyak tugas tri dharma yang harus saya kerjakan yaitu pengajaran, penelitian. dan pengabdian, tidak membuat saya patah semangat untuk maju menggeluti profesi ini. Saya menyandang profesi ini dengan rasa syukur akhirnya saya ada di profesi ini. Setelah saja jalani nyaman dan sangat tertantang begitu banyak tugas tambahan  dosen di perguruan tinggi membuat saya semakin tertantang untuk bisa mengembangkan potensi saya. Selain mengerjakan kegiatan kampus, saya mulai menulis artikel untuk dipresentasikan di kampus-kampus Indonesia. Pada saat itu saya mengirim artikel ke beberapa universitas di Indonesia dan pada hari berikutnya saya presentasi tentang artikel saya pengalaman pertama menulis artikel jurnal cukup membuat saya tidak percaya diri karena saya pemula dalam menulis. Di tengah-tengah teman-teman satu profesi saya mempresentasikan hasil artikel saya dan banyak diantara dosen dan mahasiswa yang bertanya terkait artikel saya, kemudian saya bisa menjawab dengan lugas apa yang sudah saya tulis dan pada akhirnya presentasi pun selesai dan saya pun kembali ke rumah. 
Sebagai seorang penulis pemula, saya mencoba untuk belajar dan menggali kompetensi saya agar bisa dapat dituangkan dalam tulisan. Pada tahun 2019 awal saya membuat artikel dan di publikasikan di Universitas Prof. Dr. Moestopo pada saat itu adalah kegiatan International Conference on Challanges and Opportunities of Sustainable Environtment Development, lagi dan lagi saya mendapatkan ilmu yang luar biasa akhirnya saya bisa berjumpa dengan teman dosen lain tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dari luar negeri. Suka duka menjadi penulis pemula sebenarnya banyak sekali, salah satu yang terasa adalah bila naskah buku di tolak oleh penerbit. Bagi mereka yang mengalaminya, pasti mereka akan kecewa. Namun, bila kita menyadari bahwa karya tulis yang di tuliskan mengalami banyak kelemahan, maka kita akan segera intropeksi dan memperbaiki naskahnya. Dosen harus memiliki kesadaran menulis. Menjadi dosen yang setiap tahun menelurkan satu buku yang diterbitkan tidaklah mudah di sela-sela kesibukan sebagai dosen. Motivasi dari setiap tulisan yang lahir itu berasal dari kesadaran dan komitmen
Bagi dosen Indonesia, menulis di jurnal internasional kini menjadi trend yang sedang dikejar karena dianggap merupakan pencapaian prestisius bagi insan ilmiah. Bagi saya tidak hanya menulis di jurnal kampus dan jurnal internasional yang terindex bla bal bla..... yang harus saya kembangkan, tetapi dalam penulisan buku jenis apapun harus saya pelajari karena dengan menulis hidup saya akan bahagia. Bukan karena royalti atau salery yang di dapat, melainkan ketenangan dan kebahagiaan batin yang membuat saya bersyukur bisa menjadi penulis. Walaupun saya masih termasuk penulis pemula, dengan keyakinan dan kerja keras, saya yakin akan menjadi penulis profesional. Menurut saya, pekerjaan seorang penulis tidak mudah sebab butuh banyak latihan agar menjadi penulis profesional. Semoga perjalanan saya sebagai penulis dalam menekuni dunia literasidapat menginspirasi banyak orang terutama teman-teman seprofesi dengan saya.
Setelah hampir empat tahun saya berkarya menjadi dosen benar sekali adanya, profesi dosen membuat kita akan “kaya” akan banyak hal. Mapan dalam penghasilan hanyalah sebagian kecil dari berkah mulia lainnya. Selain faktor penghasilan, adanya kenaikan derajat dan status sosial sebagai dosen (You’ll get first level of respect by being a lecturer) tanpa harus diminta. Punya banyak relasi dan koneksi dengan berbagai macam stakeholder seperti pemerintah dan swasta dari dalam atau luar negeri. Bisa mengenal dan menjalin silahturahmi tanpa batas dengan puluhan ribu mahasiswa/i yang pernah mendapat siraman ilmu dari kita sebagai dosen. Mendapat kesempatan berkarya dalam pemenuhan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara berkala sangat mendewasakan diri sebagai dosen yang harus terus bertumbuh dan berpikiran terbuka.
Menjadi dosen tidak hanya bicara kuantitas (jabatan, peringkat, background lulusan, dan penguasaan ilmu) semata, tetapi lebih mengedepankan faktor kualitas. Dosen yang amanah akan mengajar dengan persiapan yang baik, tidak hanya mengandalkan materi yang sudah usang apalagi tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perlu dipahami dengan perubahan karakter mahasiswa yang berasal dari generasi millenial, dosen harus lebih mendepankan pendekatan student-centered learning. Karakter serba instan dan cepat memungkinkan mahasiswa “made in google” yang bisa lebih informatif dari dosennya perihal informasi dan berbagai hal. Akan tetapi, jangan sampai dosen “ketinggalan zaman” hanya karena malas serta enggan untuk “upgrade diri”. Mempersiapkan diri secara optimal berarti menghargai profesi yang dijalani dan menghargai para mahasiswa/i yang kelak akan menjadi individu sukses kelak. Ingatan mahasiswa akan dosennya akan dikenal sepanjang hidupnya, pastikan rekam jejak menjadi seorang dosen dapat menjadi “kenangan indah”, bukan malah menjadi “mimpi buruk” bagi mereka.
Pendidikan yang sempurna lahir dari proses perubahan yang diselami dengan pendekatan “Intellectual Humility“. Mahasiswa/i yang ada dihadapan dosen sudah sepantasnya diperlakukan sebagai “subjek” perubahan, bukan “objek perubahan”. Dengan memahami sudut pandang ini maka proses transfer ilmu perlu dilakukan dengan cara, gaya dan daya yang memanusiakan mahasiswa/i-nya. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah dengan penggunaan bahasa penyampaian bahan ajar yang mudah dimengerti. Pemberian contoh bahan ajar yang dekat dengan dunia mereka dan serta situasi masa kini. Banyak dosen yang lupa bahwa mahasiswa/i hadir kedalam kelas dengan tingkat kematangan (ilmu, emosi, pengetahuan dan kemampuan) yang berbeda. Dosen yang baik, harus sehat jasmani (fisik) dan rohani (mental). Salah satu ujian terberat sebagai dosen ialah “Classroom Management“, ini erat sekali dengan kecerdasan emosi (EQ) seorang dosen. Pintar, cerdas, dan punya latar belakang edukasi yang mumpuni tidak cukup membantu kita menjadi “dosen sukses” di dalam kelas. Perlu adanya kemampuan khusus dalam hal penguasaan serta pengelolaan emosi dalam menguasai mahasiswa/i sebagai penghuni kelas. Terpancing emosi dan mengumbar kemarahan didalam kelas akan menjadi “boomerang” tersendiri bagi dosen.
Versi dosen teladan menurut saya adalah ketika ada dosen yang mampu berdamai dengan hati dan dirinya sehingga tidak sirna termakan sifat egoisme diri. Mahasiswa/i adalah pengamat (observer) terbaik di dalam kelas, just make sure we can gain their heart and attention with an elegant way. Dosen perlu mahir untuk menciptakan suasana yang terbuka dan santai, tetapi tetap tegas dan serius. Seperti layaknya seorang “Conductor” yang memimpin suatu pertunjukan.
 Our class is our own stage & it’s belong to us as a lecturer… to share, to educate, to entertain and to inspire, our best results shown by the students with their “standing applause”.


Selasa, 12 Mei 2020

Menyelami Hikmah Pandemik Virus Corona


Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Q.S Al-Ashr:1-3)

Masa adalah waktu yang berjalan begitu cepat. Bersama masa segalanya terjadi dan berlalu tanpa terasa, bahkan banyak diantara manusia yang tidak menyadari akan cepatnya masa bergulir. Demikian masa pada kehidupan manusia, sehingga Allah bersumpah atas nama masa. Ketika manusia dengan segala kelemahannya tak mampu hidup sendiri. Berbagai upaya dilakukan untuk memaknai kehidupan. Nyatanya kebersamaan dalam menjalani kehidupan membuat hidup jadi lebih berarti. Pelajaran-pelajaran berharga telah dituak. Dan berserah kepada yang Maha Kuasa adalah pelipur segala.
Perjalanan kehidupan terus bergulir. Pengalaman demi pengalaman dialami. Suka ditingkah duka, gembira di dera nestapa menjadi hal biasa. Kegagalan dan keberhasilan silih berganti sebagai hasil dari usaha. Semuanya adalah anugrah dari sang Pencipta.
Menurut situs WHO, Virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan  mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah Middle East Respitory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona paling baru yang ditemukan adalah virus corona COVID-19. Virus ini termasuk penyakit menular dan baru ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019 yang kemudian menjadi wabah.
Pandemi mematikan tersebut tidak pandang bulu, siapapun orangnya (kaya atau miskin, muda ataupun tua, dan sebagainya) bisa tertular Covid-19. Karenanya, ibadah puasa di tengah wabah Covid-19 me-restart diri manusia agar merenung dan mengingat kembali kekuasaan Allah SWT. Sehebat apapun manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Selain itu, kita berharap puasa di tengah pandemi tidak hanya mampu menumbuhkan kepekaan spiritual seseorang, namun juga kepekaan sosial. Wujud dari kepekaan sosial ialah sikap empati dan pro-sosial. Empati berarti suatu keadaan di mana orang merasa dirinya berada dalam perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Sementara pro-sosial merupakan tindakan moral seperti rela membantu seseorang yang membutuhkan.

Life must be go on, Guys!
Yesterday is a history. Tomorrow is a mystery.
Today is a gift. That’s why we call it PRESENT.

Tiada yanga abadi di dunia ini so let’s cherish every moment. Kita harus menghargai waktu, setiap saat, bahkan setiap detik yang dialami dalam hidup ini.




Senin, 11 Mei 2020

Menikmati "Work From Home"



Matahari masih berinar tak ingkar janji, walau dunia ini sedang menangis karna pandemik virus corona. Situasi lockdown masih terasa, memasuki minggu ke empat berjalan terasa lambat. Di benaku masih terlintas antara percaya dan tidak percaya dengan berbagai kebijakan dan berita yang simpang siur dimensos dan TV.But the show must go on walaupun larangan solat jumat dan aktivitas di luar  di berlakukan. Sebuah kejadian yang sangat langka, tak heran pro dan kontrakpun bermunculan. Ya sudah lah ...

Batinku terus bersenandung bergelantung segera pulang kampung. Rindu dengan kehangatan orangtua yang jarang bertemu, kampung halaman yang selalu ku rindu.
Sayapun dalam mematuhi larangan itu tetap tawakal dan optimis. Badai pasti berlalu..

Refleksi dan Harapan Pendidikan Era 2020


I’m nothing when I’m just reading but I’m something when I’m writing

Pendidikan merupakan tiang pancang kebudayaan dan pondasi utama untuk membangun peradaban bangsa. Kesadaran akan arti penting pendidikan akan menentukan kualitas kesejahteraan lahir batin dan masa depan warganya. Namun eksistensi pendidikan yang ada di Indonesia pada saat ini masih menjadi permasalahan karena masih banyak anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan yang sebagaimana mestinya dan ada juga yang sama sekalipun belum pernah mencicipi bangku sekolah sama sekali contoh kecilnya saja anak yang terlantar hal ini sangat memperihatinkan. Seorang anak mempunyai hak yang sama seperti anak-anak yang sudah mendapat pendidikan yang layak seperti contoh anak orang kaya. kemajuan bangsa nantinya ada pada tangan mereka karena merekalah nantinya yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, namun masih ada beberapa  dari mereka yang belum mendapatkan hak tersebut. Hingga saat ini, peluang terbesar untuk memperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya dan pintar. Dengan bermodalkan kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup, didukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Pada saat sekarang pendidikan yang ada di Indonesia berbentuk sistem pasar yaitu bagi mereka yang memiliki uang banyak maka mereka akan mendapatkan pendidikan yang layak.sebenarnya hal tersebut tidak boleh terjadi.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Pendidikan tidak hanya untuk mereka yang berada di kota namun didaerah terpencil juga harus mendapatkan pendidikan yang layak. Inilah yang menjadi tugas pemerintah untuk pemerataan pendidikan di semua wilayah. Dan pada zaman yang modern ini pendidikan sangat diperlukan, Karena  dengan pendidikan kita dapat menyeimbangi kemajuan zaman ini atau kita dapat mengikuti sehingga kita tidak menjadi orang yang tidak tertinggal. Memang siatem pendidikan di Indonesia masih kurang efektif untuk menciptakan pelajaran yang produktif dan berkarakter.
Sehubungan dengan pendidikan di Indonesia sekarang sudah banyak beasiswa yang diberikan baik itu diperuntukkan kepada anak yang kurang mampu maupun anak yang berprestasi. Walaupun dalam aktualisasinya masih ada saja yang menyalah gunakan kepercayaan tersebut. Maka dari itu, bapak menteri harus lebih tegas terhadap oknum-oknum yang melakukan penyelewengan dan memberikan sanksi terhadap apa yang telah mereka perbuat.
, Berhubungan dengan kebudayan di Indonesia , banyak sekali masyarakat kita yang meniru kebudayaan barat baik itu dari  cara berpakaian, tingakah laku dan lain sebagainya. Sehingga banyak dari masyarakat yang melupakan kebudayaannya sendiri. Indonesia sangat kaya akan budayanya yang beraneka ragam, akan tetapi minat masyarakat dengan kebudayaannya semakin berkurang. Dalam hal ini saya minta upaya bapak menteri untuk lebih meningkatkan minat anak-anak bangsa terhadap budaya Indonesia agar seni dan budaya bangsa kita tetap terjaga kelangsungannya.Sehubungan dengan pendidikan di Indonesia sekarang sudah banyak beasiswa yang diberikan baik itu diperuntukkan kepada anak yang kurang mampu maupun anak yang berprestasi. Walaupun dalam aktualisasinya masih ada saja yang menyalah gunakan kepercayaan tersebut. Maka dari itu, bapak menteri harus lebih tegas terhadap oknum-oknum yang melakukan penyelewengan dan memberikan sanksi terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dalam pendidikan banyak hal menjadi faktor-faktor yang menghambat kelangsungan pendidikan itu sendiri, baik itu dari ekonomi masyarakat maupun minat masyarakat terhadap pendidikan. Karena masih banyak anak-anak dan orang tua di desa-desa yang berasumsi bahwasanya pendidikan itu tidak penting sehingga mereka tidak berminat dalam dunia pendidikan. Inilah pemikiran yang salah, oleh karena itu alangkah baiknya jika diadakan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan dan dampak buruknya apabila menganggap pendidikan itu tidak penting terhadap anak-anak bangsa sehingga mereka dapat merubah pola pikir mereka terhadap pendidikan karena akan menentukan masa depan mereka dan pengaruhnya terhadap bangsa ini.Seperti pepatah arab , bahwasanya kemajuan suatu bangsa dilihat dari anak-anak bangsa yang mana mereka memiliki andil yg besar dalam kemajuan negara ini nantinya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur.


Dunia Melawan Corona


Dunia Melawan Corona
Posted On : 16/04/2020 Published By : Intelmedia




Wawat Srinawati, S.Pd, M.Pd
 Dosen STKIP Muhammadiyah Bogor

INTEL MEDIA – BOGOR – Mencatat peristiwa di tahun 2020 itu sesuatu, dengan penuh rasa nano-nano kenyataan yang ada memang harus dihadapi, jangan panik! Ini adalah atas izin Allah, hadapi dengan cermat  dan bijak. Insya Allah kita selamat. Ya semacam sugesti agar kuat dan selalu positif  thinking untuk melawan virus corona. Corona berasal dari bahasa Arab “qarna” atau qarnun maka artinya mahkota.
Ini berdasarkan pengamatan lihat microskop bentuk virus itu seperti mahkota tetapi mengapa ada yang mengartikan “berterusan atau berhubung”? pernyataan atau keterangan ini pun masih disangkal oleh orang yang lebih ahli dengan bahasa Arab.
Adapun sebutan corona memang harus di lawan. Lalu, yang menarik untuk di bahas itu ya  dampak dari cara melawan virus corona itu sendiri.
Kadang saya juga di buat keder dengan bermunculan suara2 dari mulai yang nyiyir dengan kebijakan pemerintah hingga postingan yang penuh kehawatiran. Lalu menjadi tranding topik di hampir semua media sosial . Tak jarang saya pun tertawa saat muncul ide kreatif dari orang-orang yang memiliki sense of humor. Mereka menjadi kreatif dengan memviralkan yang bisa terjadi atau akibat dari pandemi covid-19 semua ini sangat membuat saya penasaran.
Dari informasi yang di dapat, saya jadi paham bagaimana sudut pandang masyarakat yang menyuarakan ide atau pengetahuan yang mereka miliki tentang serba serbi corona. Memang saat ini kita kaya tentang informasi, sayangnya tidak semua info itu benar. Informasi dari media bahwa penyebaran covid-19 telah mengekspansi 190 negara termasuk indonesia. Makhluk kecil ciptaan Allah ini telah mengguncang dunia.
Berawal virus itu dari Wuhan dan terus memenyebar ke manca negara indonesia yang mayoritas beragama islam sempat bangga kalau sudah punya penangkalnya yaitu berwudu selama 5 kali sehari. Maka tidak akan terkena musibah ditambah berada di daerah tropis yang kaya sinar matahari dari segala penjuru tetapi sekarang apa yang terjadi? Virus itu tetap datang ke indonesia dan membuat rakyat serta pemerintah kewalahan, indonesia harus bersinergi melawan corona.
Pada tahun 2011 orang Amerika sudah membuat filmnya dengan judul Coronavirus. Hanya yang saat ini berkembang atau mutasi jadi Covid-19, hasilnya berupa data dan informasi yang sangat diperlukan sebagai bahan untuk merancang strategi penanggulangan virus yang sudah menjadi pandemik.
Selain untuk mengetahui bagaimana tingkah laku dan pengetahuan masyarakat terkait penyebaran virus corona, survei dan pengambilan data dilakukan untuk mengetahui persepsi publik tentang upaya pemerintah dalam penanganan pandemik ini.
Ternyata banyaknya perintah yang tidak jelas dari atas ke bawah. Sehingga salah kaprah, misalnya banyak jenazah korban corona yang saat akan di makamkan harus dipingpong dulu ke sana kemari.
Coba bayangkan bagaimana perasaan keluarganya? sedih melihat kondisi pada saat ini. Terlebih banyak dampak lain yang sangat merugikan bangsa ini yaitu sistem ekonomi yang tidak stabil, sehingga banyak perusahaan yang memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawannya secara besar-besaran.
Dampak inipun merunut ke daya hidup masyarakat semakin melemah dan tidak punya penghasilan sehingga dalam menghidupi kebutuhan keluarga begitu sulit. Tentunya ini harus ada tindakan dari pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang bisa membantu seluruh masyarakat agar tidak terpuruk dengan kondisi saat ini.
Ada beberapa hasil survei yang dilakukan oleh para peneliti indonesia 69,6 persen responden yang mengganggap situasi saat ini serius dan tidak boleh diremehkan, tetapi ada 27, 9 persen menjawab situasinya sudah gawat darurat, tetapi anehnya masih ada 2,5 persen yang mengganggap penyebaran COVID 19 ini bukan ancaman, ini hanya hal yang dibesar-besarkan atau tidak tahu.
Yang namanya survei bisa valid dan bisa juga kurang dipercaya.
Menyimak hasil survei ini saya dan mungkin andapun penasaran apa yang dilakukan responden untuk mencegah atau menghadapi krisis ini. Anda penasaran? Saya juga.(Mjf)


KUMPULAN PUISI DUA KOSONG DUA KOSONG



DOAKU DI TAHUN 2020



Bersama cahaya lampu yang menyinari tubuhku
Angin semar sepoi
Rembulan yang bersinar membawa cahaya
Malam menghembus asa
Menyejuk badan melambung rasa dan pikiran
Membawa angan ke dalam kamarku
Hatiku terang menerima nikmatMu
Bagai bintang memancarkan cahaya
Kalbuku tergerak menunggu kasihMu
Bagai sedap malam menyirak kelopak
Kekasihku, penuhi pikiran dan dadaku dengan cahayMu
Mudahkan kebajikan pada setiap langkahku
Kasihku, di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling 


Student's Perception on Using Authentic Material and Autonomous Learning



Authentic materials is one of the mainstays of a imaginative and motivating higher level course, but really features at levels lower than intermediate. In a EFL classroom is what many teachers involved in foreign language teaching have discuss in recent years, we have heard persuasive voice insisting that the English presented in the classroom should be authentic, not produced for instructional purpose. Generally, what the means is materials which involve language naturally occurring as communication in native-speaker contexts of use, or rather there selected contexts where Standard English is the norm real newspaper reports for example, real magazine article, real advertisement, cooking recipes, horoscopes, etc. Most of the teachers thought the world agree that authentic texts or materials are beneficial to the language learning process but what is less agreed is when authentic materials should be introduced and how they should be used in an EFL classroom. The definitions of authentic materials are slightly different in literature. What is common in these definitions is ’exposure to real language and as use in its own community’. Roger (1988:467) defines it as “appropriate” and “quality” in terms of goals, objectives, learners needs and interest and ”natural” in terms of real life and meaningful communication. Harmer (1991:45) defines authentic texts as materials which are designed for native speaker; they are real text; designed for not language students, but for the speakers of the language.

Jordan (1997:85) refers to authentic texts as that are not written for language teaching purpose. Authentic materials is significant since increases students’ motivation for learning, makes the Lerner be exposed to the ‘real’ language as discussed by Guariento & Morley (2001:347). The main advantages of using authentic materials are (Richards, 2001: 66):
(a)     They have a positive effect on learning motivation;

(b)      They provide authentic cultural information; (c) They provide exposure to real language; (d) They relate more closely to learners ‘needs; and (e) They support more creative approach to teaching.

We can claim that learners are being exposed to real language they feel that they are learning the ‘real’ language. These are what make use excited and willing to use authentic materials in our classroom, but while using them, it is inevitable that we face same problems.

Richards (2001:235) points out that alongside with these adventives, authentic materials often contain difficult language, unneeded vocabulary items and complex language structures, which causes a burden for the teacher in lower level classes. Martines (2002:24) mention that authentic materials may be too culturally biased and too many structures are mixed, causing lower levels have a hard time decoding the texts. There comes the question of when authentic materials should be introduced and used in a classroom; in other words, can we use authentic materials regardless of our students’ level.

Guarinto and Moreley (2001:73) claim that at post-intermediate level, the use of authentic materials is available for use in classroom. This night be attributed to the fact that at this level, most students master a wide range of vocabulary in the target language and all of the structures They also not that at lower levels, the use of authentic materials may cause students used in the target language. It means that the use authentic materials is a burden for the instructors teaching beginning students as they have to spend a lot of time to prepare for authentic materials regarding the ability level of the students. Do all these mean we are not able to use authentic materials in lower-level classes apart from post intermediate and advanced levels?

According to the findings of the survey carried out by Chavez (1998:36), learners enjoy dealing with authentic materials since they enable them to interact with the real language and it use. Also they do not consider authentic situation or materials innately difficult. However, learners state they need pedagogical support especially in listening situation and when reading literary texts such as the provision of a full range of cues (auditory and visual including written language).

We may conclude that learners feel better with authentic materials helping them involve in the ‘real’ language as long as we, as teacher, provide them with pedagogical support. In order to achieve this, we have a wide range of choices. Martinez (2002:28) suggest that teachers may use authentic material for the learners to listen for the gist of the information presented and also he add that by using authentic materials teachers will have opportunity to encourage students to read for pleasure especially certain topics of their interest. It is claimed that using audio-visual materials aiding students; comprehension is beneficial since it will prevent students especially beginning ones from being frustrated about authentic materials. Materials such as popular and traditional songs will help us to create a non-threatening environment.

Guariento and Moley (2001:75) suggest that authentic materials should be used in accordance with students’ ability and adds that suitable tasks can be given to learners in which total understanding is not important. According to Jordan (1997:69), in the earlier stages, non-authentic materials can be used, but stresses that upon students’ dealing with materials from their own subject area, authentic materials should be introduced. Westerhuis (as quoted by Cheung, 2001:56) defined ‘culture’ as the customs, values, laws, technology, artifact and art of a particular time or people. Culture in English for the use culture contain in classroom is for the supposition that it will foster learner motivation. Changes in linguistic and learning theory suggest that culture can be used as an important element in language classroom, but many students say that they do not want to learn about the culture of the target language. That might be because of the fear of assimilation into what they perceived as something strange to them. Also, misrepresenting cultures by reinforcing popular stereotypes and constructing these cultures as monolithic, static ’others’ rather than as dynamic, fluid entities might result in making cultural content an effective element in language learning and teaching. Therefore, writer believe that cultural content is a key to effective teaching and learning a language provided that problems arising from introducing culture in EFL classroom are dealt with effective and teaching strategies and learning materials are chosen appropriately.
The use of authentic material is expected to be more effective to enhance the student’s competence if it is supported by the learners ’autonomy. In order for learning to be truly useful, students need to be fully engaged in the learning process. Learning is only possible if learners are autonomous or if they make the choice to learn and are responsible for their learning. According to Little (1996:204), autonomous learner entails establishing a personal agenda for learning, taking at least some sense of the initiatives that shape the learning process, and developing a capacity to evaluate the extent and success of one in learning. Chan (2001:285) also describes the autonomous learner as being actively involved at all levels of learning, from goal-setting, defining content and working out mechanisms for assessing achievement and progress and points out that the locus of control for decision-making shifts from teacher to student. From previous researches, they are shown that autonomous learning was closely related to student’s achievement in learning process. If a student is kind of autonomous learner, she/ he will not find any difficulties in learning process, since he/ she has been aggravated by his/ her intrinsic motivation. In return, it is hoped that his/her achievement in learning process (represented by collocation awareness) will be optimal.
Why do EFL learners need to learn collocation is an interesting question to answer , learning collocation may help EFL learners to speak and write English in a more natural and accurate way. Learning collocation will also help EFL learners to increase their range of vocabulary, for example, they will find it easier to avoid words like very or nice or beautiful or get by choosing a word that fits the context better and has more precise meaning. Based on the studies findings, it is clearly show that the students’ English proficiency was significantly and positively related to their learner autonomy (Dafei, 2007:14), that is way the writer intents to find out whether the authentic materials and autonomous learning also affect the collocation awareness. If so, the writer is also going to find out how to improve the students’ collocation awareness as well. Based on the problem, some problems appear in teaching learning process, the using of authentic material and learning autonomy; the writer would like to limit the problem on the effects of students’ perception on using authentic material and autonomous learning towards students’ collocation awareness at Private Vocational Schools.



GO TO 2020



LAKI-LAKI DALAM RERUNTUHAN CERMIN
Sudah bertahun-tahun ku nikmati sunyi ini sendiri, sampai akhirnya datang sebuah surat yang mampu mengubah segalanya. Masa lalu yang kerap kali orang menyebutnya dengan kenangan, kini sedikit demi sedikit mulai berdatangan. Aku tiba-tiba saja dihinggapi kerinduan yang mendalam. Rindu masa kecil, rindu kampung halaman, rindu pematang sawah dan yang terpenting aku merindukan naynyian ibu kala malam mulai melebarkan sayapnya.
Malam larut, rembulan menggantung. Cahayanya semar menembus rimbun pepohonan. Jalanan mengilat dan basah sehabis hujan sore tadi. Syafira berjalan sendiri, di atas jalan yang basah, di bawah cahaya rembulan. Baginya tidak ada yang berarti dari hidup ini selain tidur dan secangkir kopi. Sebab hari-harinya yang dilewati telah habis dengan memburu sesuatu yang tidak pasti. Detik-detik habis untuk mengejar berita. Peristiwa demi-peristiwa lewat menjadi catatan hariannya. Hanya sebuah catatan yang ditulis sekedar merampungkan rasa penasaran kaum yang kurang kerjaan. Kaum yang tidak punya kegiatan pada pagi hari. Kaum yang membutuhkan teman kopi atau yang membutuhkan bahan pembicaraan untuk sekedar omong kosong dan basa-basi.
Syafira tenggelam dalam lamunannya sepanjang perjalanan. Hidup hanya menunggu, penantian atas kematian itu. Dia menyadarai kelelahannya telah mencapai klimaks. Syafira rindu kebebasan . Dia ingin kembali ke masa lalu. Saat dia menjadi orang yang merdeka. Tidak dikehar-kejar deadline atau mengejar-ngejar narasumber. Semuanya mengalir. Tanpa harus bertanggung jawab pada apapun atau siapapun. Ya Allah ! Dengan Allah sekalipun Syafira telah berdamai. Dia tidak akan mengusik apapun tentang Allah, tentang matanya yang terlihat sipit sedang kulitnya tidak terlalu halus tentang giginya yang kurang lurus. Dan Allah melarang protes tentang apa yang akan dilakukannya. Syafira berdamai dengan dirinya. Dengan Allah SWT.
Laki-laki itu datang tepat ketika dirinya hampir-hampir menjadi gila. Laki-laki itu hadir tiba-tiba dalam hidupnya. Syafira tidak ingat bagaimana laki-laki itu telah menjadi bagian dari hidupnya. Bagian yang paling dalam dan tak mungkin terpisahkan. Ketampanan terpancar dari seluruh gerak tubuh laki-laki itu. Dari kata-kata yang keluar lewat bibirnya, dari rambutnya, bukan hanya ketampanannya, seluruh pribadinya adalah lambang ketampanan. Saat itu, syafira mulai berfikir untuk menerima pinangan laki-laki itu. Membangun rumah tangga bagi keluarga kecil mereka. Menjadikan dirinya benar-benar perempuan yang beruntung. Syafira ingin menjadi istri dari laki-laki itu dan ibu bagi anak-anaknya kelak.
Malam semakin larut, syafira dan laki-laki itu semakin hanyut dalam percakapan tentang diri dan hidup. Hingga saat dantang jam berbunyi satu kali, sedang pesta telah usai. Hari-hari berikutnya merupakan masa yang indah bagi syafira. Cinta telah merambahi jiwa dan sanubarinya. Tak ada hari tanpa rindu, syafira berburu pulang lebih awal denga laki-laki itu. Menikmati malam-malam bersama . syafira tak jadi mengundurkan diri. Laki-laki itulah yang mebuat Syafira yakin dengan jalan yang ditempuhnya, meski penat tak bisa di hindari. Syafira semakin memahami makna sebuah kerinduan, perjuangan, dan kebahagiaan dalam hidup.
Ada banyak harapan yang tumbuh dalam ruang batinnya. Ada banyak keinginan menjamur dalam kepalanya. Ada banyak cita-cita yang ingin diraihnya bersama laki-laki itu.
Dan malam ini, Syafira telah kehilangan laki-laki itu. Dia merasakan sepi yang teramat sangat. Sunyi menusuk-nususk kalbu. Syafira ingin menagis, tapi dia tak punya air mata lagi. Air matanya sudah lama kering. Sejak satu demi satu semua miliknya pergi. Syafira merasa bahwa mimpinya telah usai. Laki-laki itu telah kembali kedalam dunianya sendiri. Kini, syafira hanya mampu melihatnya kembali laki-laki itu dalam sebuah kotak cermin. 



Menyulam Aksara Dalam Bingkia Prestasi








MIMPI DI KOTA HUJAN
Aku duduk sambil menopang dagu diteras rumah pagi itu, pikiranku melayang-layang, memikirkan berbagai macam hal yang ku suka maupun yang tidak disukai. Memang inilah kebiasaanku, berfikir tentang macam-macam hal. Ada yang nyata, ada juga yang hanya khayalanku semata.
“Hai.....pasti berkhayal lagi deh”. Tegur ibu sambil menepuk kedua bahuku. “Hati-hati kesembet lho” ibu tersenyum.
“iih,ibu! Jangan ngomong aneh-aneh deh! Putri takut nih!”. Aku memasang bibir”cemberut dusta”. Hehe....
“Menurut ibu saat besar nanti, putri bisa jadi komunikus terkenal sampai mancanegara nggak?”.
“Mmm, yah, kalau putri memang punya tekad yang kuat, rajin belajar, dan berusaha serta berdoa. Ibu yakin banget, putri bisa bikin banyak komik dan di jual ke banyak negara!”. Nada ibu sedikit meninggi.
Iya bu., sekarang putri mau ke Jalan Padjajaran ya, mumpung masih pagi, udara masih segar, bisa dapat banyak ide buat komik baru.!” Aku beranjak dari kursi dan mencium pipi ibu.
“Sayang.....ibu mau nitip, tolong belikan sabun mandi ya.. aroma jeruk, nih uangnya. Makasih putri sayang.” Ibu memberikan selembaran uang lima puluh ribu rupiah.
Oke, ibu sayang.., aku tersenyum lebar seraya masuk ke kamarku. Mengambil sebuah buku sketsa, kotak pensil, kamera digital, lalu memasukan semuanya ke dalam tas kecil, termasuk uang dari ibu.
“Hati-hati sayang...jangan lupa sabunnya!”
Aku berjalan santai menuju jalan padjajaran bogor. Pagi itu, sudah dipadati oleh beberapa pedagang kaki lima di sisi jalan, juga beberapa kendaraan bermotor. Aku duduk di tepi jalan sambil mempersiapkan peralatan menggambarku sebelum mulai menggambar, aku sempat membaca buku dan memotret beberapa sudut jalanan juga beberapa objek yang menarik hatiku. Mulai dari gedung-gedung, hotel, para pejalan kaki, maupun kumpulan pedagang kaki lima. Lalu, aku mulai menggoreskan ujung pensilku di atas buku sketsa. Tiap goresan pensil yang kubuat selalu menciptakan seulas senyum di bibirku, aku menikmati semuanya pagi ini. Pemandangan kota Bogordi pagi hari, kermaiannya yang sudah memadati jalan, juga apa yang tengah ku lakukan sekarang, membaca dan menggambar.
Setelah selesai, aku berseru puas sambil memandang gambarku yang baru selesai ku buat. Seorang gadis berrambut hitam dan memakai gaun merah, tersenyum ke arah orang yang melihatnya.
Aku membereskan peralatan menggambar, lalu beranjak menuju toko serba ada. Aku bersenandung kecil, sambil milih-milih sabun mandi pesanan ibu. Banyak sekali pilihannya di sini. Aduh, jadi bingung nih!.
“Sepertinya yang ini aja deh...harganya juga nggak mahal”. Aku membawa sabun mandi dengan bungkus berwarna biru menuju meja kasir. Si penjaga kasir tersenyum saat melihatku berjalan ke arahnya. Aku membalas senyumnya sambil meletakan sabunnya di atas meja kasir.
“Ada yang lain, Dik.” Tanyanya.
Tidak, pak itu saja,aku menjawab cepat.
Totalnya dua puluh delapan ribu rupiah, penjaga kasir itu memasukan sabunku ke dalam kantung plastik. Lalu, aku memberikan uang dari itu tanpa berkata sedikitpun. Uangnya lima puluh ribu ya, kembaliannya dua puluh duan ribu . terima kasih , ujar si penjaga kasir dengan ramah dan sambil tersenyum padaku .
Aku berlari kecil menuju rumah. Ahhhhh....lama-lama, cape juga sih!. Tapi, aku mau cepat-cepat sampe rumah , ibu pasti sudah menunggu ku. Tapi, langkahku berhenti di depan sebuah toko buku dan alat tulis yang menjual berbagai macam buku bacaan dan alat gambar. Perhatianku tertuju pada peralatan membuat komik di rak deretan depan dan buku komik yang sepertinya seru kalau di baca. Di situ sepanjang satu set penggaris dengan berbagai macam bentuk, penggrais 40 cm, 3 buah pensil 2B, penghapus karet super bersih, tinta hitam dan kuasnya, tiga buah pena menggambar dengan ukuran yang berbeda dan buku dengan warna mencolok hijau muda.
Aku mau sekali membeli buku komik dan peralatan itu, maklum aku hanya punya dua buah pensil, penghapus yang sudah hampir habis, juga sebuah penggaris yang sudah patah. Tapi, harganya pasti mahal. Iseng-iseng aku masuk ke dalam toko itu, lalu melihat harganya.
Wah, total Cuma empat puluh lima ribu. Seruku saat melihat harganya yang tertera di baliknya. Pak, harganya memang buku dan alat-alat tulis harganya empat puluh liam ribu rupiah?, tanyaku pada penjaga kasir.
Oh..itu harga promo Dik, minggu depan harganya sudah naik jadi enam puluh ribu rupiah. Ooh..., makasih pak. Aku segera meletakan buku dan satu set peralatan membuat komik di tempatnya semula, lalu berlari pulang.
Assalmualaikum bu, aku teriak sambil membuka pintu rumah.
Ya sayang, sabunnya tidak lupa kan? ibupun menagihnya sambil mencium keningku.
Enggak donk bu! nih,sabunnya. Dan ini uang kembaliannya. Ibupun berkata, uang kembaliannya buat putri saja.
Benar nih bu? Makasih, aku memeluk ibu, lalu masuk ke kamarku. Aku memasukan uang kembalian sabun mandi ibu ke dalam celengan. Aku bertekad tabungan ini untuk membeli buku dan peralatan komik tadi ! lalu, aku kembali ke ruang tamu menemani ibu.
Bu, di dekat toserba ada toko buku dan alat tulis  yang menjual satu set peralatan ngomik. Putri mau deh, beli peralatan ngomik itu.
“Harganya berapa, sayang?”tanya ibu sambil membelai rambutku.
Empat puluh ribu rupiah, bu. Tapi, itu harga promo. Minggu depan harganya sudah naik lagi jadi enam puluh ribu, jawabku pelan.
Putri sudah nabung belum? Udah bu, jawab putri.
Tapi baru uang sisa kembalian yang di kasih ibu tadi. Oh iya, bu. Ko naskah komik yang putri kirim tempo hari ke penerbit, belum ada kabarnya ya? Putri jadi deg degan nih. Sudah berkali-kali putri kirim komik, tapi belum ada satupun komik putri yang diterima. “Apakah putri tidak bakat jadi komikus ya?”. Aku memeluk ibu.
Tenang sayang, gambar Putri bagus kok! Ibu suka baca semua komik buatan Putri . mungkin penerbit itu belum memilih komik putri, karena yang mengirim banyak tidak hanya Putri saja. Ribuan orang diseluruh indonesia juga mengirim komik karya mereka ke penerbit. Ibu tersenyum tulus dan menatapku dengan tatapan lembut.
Tapi..., kapan komik Putri bisa diterbitkan? Teman Putri sudah berhasil membuat empat komik ! tapi, Putri? Satupun belum. Aku memeluk ibu semakin erat. Aku menyembunyikan kepalaku di dalam pelukannya.
“Putri sayang..., kamu nggak perlu sedih. Kita tunggu saja, komik yang Putri kirim baru-baru ini, ibu selalu mendoakan putri lho!”
Makasih ya, bu. Aku mencium pipi ibu.

Tiga bulan kemudian.
“Assalamualaikum, bu. “ aku membuka pintu rumah dan melepas sepatu yang masih melekat di kakiku.
“Wassalamualaikum, Sayang. Putri, coba lihat apa yang ibu dapat!”. Ibu menunjukan secarik surat dari penerbit cerpen anak bintang. Ibu sengaja belum membukanya menunggu sampai penulisnya pulang sekolah!hehe.!”. Ibu tersenyum lebar, lalu duduk di sofa bersamaku.
Kali ini, aku yang membuka suratnya. Kreek! Aku merobek ujung surat tersebut dan mengeluarkan isinya.
Sekarang, Putri yang bacakan ya, bu.
Iya komikus cantik.., ibu mengacak-ngacak rambutku.

“Helo Putri, kami mengucapkan selamat kepada Putri Syafira Nurul Hawa sebagai penulis naskah komik berjudul “Mimpi Besarku” yang akan kami terbitkan. Selanjutnya, Putri akan disebut sebagai penulis. Dan penerbit cerpen anak cerdas akan di sebut sebagai penerbit. Mohon untuk di isi surat perjanjian naskah yang tertera di balik halaman ini.”.

Alhamdulillah ibu, naskahku lolos seleksi aku kegirangan, lalu memeluk ibu. Makasih ibu sayang. Ibu selalu mendukung semua kegiatan Putri.
Lalu, aku dan ibu mengisi surat perjanjian penerbit naskah dengan teliti. Esoknya, kami mengirimkan surat perjanjian naskah itu kembali kepada penerbit cerpen anak cerdas.
Hari yang aku, ibu dan ayah tunggu-tunggu itupun tiba. Seorang tukang pos datang ke rumahku dan melempar sebuah paket yang terbungkus dengan bungkusan coklat pada sabtu pagi di bulan september. Aku membawanya masuk, kemudian ayah dan ibu bersama-sama membuka paket itu bersamaku.
Dua buah komik berjudul Mimpi Besarku tertidur manis di dalamnya. Sampulnya kelihatan begitu segar dan nama Putri Syafira Nurul Hawa tertulis di sana. Sampul dengan gadis berambut hitam , mengenakan gaun merah, memegang sebuah buku diary dan tersenyum ke arah orang yang melihatnya.
Aku menahan air mataku. Air mata haru dan bahagia.
Syukur alhamdulillah ya Rabb. Bagus sekali komik ini, aku memeluk kedua komik itu.
“Selamat ya, sayang. Semoga komikmu yang selanjutnya bisa diterbitkan lagi.” Ibu tersenyum bangga.
Selamat ya, komikus cantik ayah. Ayah merangkul dan mencium keningku. Bu, uang yang ditransfer dari penerbit ke rekening ibu, boleh Putri ambil buat beli buku dan peralatan ngomik yang pernah putri ceritakan, ya? Ya, boleh dong sayang.., itu kan uang Putri, ibu memelukku.
“Makasih bu !”alhamdulillah, semua memang akan indah pada waktunya.
 Itulah mimpi di kota hujan, Bogor